14 Agu 2009

MSG KAYA MANFAAT????


Oleh: Nurheti Yuliarti, Drh

(Dokter hewan, Penulis )

Beberapa bulan yang lalu saya diundang oleh sebuah pabrik penyedap yang ternama sehubungan dengan buku saya yang berjudul Awas! Bahaya dibalik Lezatnya Makanan. Mereka bertukar pikiran dengan saya mengenai Monosodium Glutamat (MSG). Mereka menyatakan MSG adalah penyedap rasa yang paling aman bagi kesehatan. Bahkan MSG memiliki segudang manfaat. Hal tersebut memacu saya untuk menuliskan penuturan mereka kepada pembaca. Hal ini bukan untuk membenarkan penggunaan MSG bahkan dengan dosis sebanyak banyaknya. Karena sesuai yang saya tuturkan dalam buku saya, meski aman penggunaan MSG hendaknya tetap dibatasi guna menghindari hal hal yang tidak diinginkan mengingat penelitian tentang MSG masih dilakukan hingga saat ini. Penuturan ini hanyalah sekedar berbagi ilmu, tentang setuju atau tidaknya saya dengan bahasan berikut ini masih saya kaji lebih dalam agar pendapat apapun yang saya kemukakan bermanfaat bagi banyak orang.

Beberapa keunggulan MSG yang dituturkan salah satu staf pabrik penyedap rasa tersebut diantaranya:

1. Kandungannya Alami

Monosodium Glutamat (MSG) tersusun dari 12% Natrium, 78% glutamat bebas, dan 10% air. Sebagaimana diketahui Natrium adalah komponen garam, begitu juga air yang merupakan zat alamiah yang ada di alam. Tidak berbeda dengan Natrium dan Air, glutamat juga merupakan bahan alamiah yang ada di alam. Glutamat bebas banyak ditemukan dalam makanan sehari hari misalnya daging sapi maupun ayam, makanan laut, kol, bayam, tomat, asparagus hijau, jagung, bawang bombay, kentang, dan jamur. Glutamat bebas juga terdapat dalam bumbu tradisional seperti kecap ikan vietnam, kecap ikan thailand, kecap cina (soysauce), terasi segar, keju (parmegiana reggiano), emmental, chedar, camembert.

2. Glutamat bebas diproduksi alami oleh tubuh

Glutamat bebas yang merupakan komponen Monosodium Glutamat ternyata diproduksi secara alami oleh tubuh. Studi Radioisotop/Bioassay terhadap seorang berberat badan 70kg ternyata menyimpan 1400 gram glutamat bebas dan terikat dalam berbagai organ tubuh. Dikatakan bahwa glutamat bebas harus diproduksi sebanyak 41 gram untuk berbagai proses metabolisme.

3. Sangat Aman

Memang penelitian tentang keamanan MSG telah banyak dilakukan. Namun semuanya tidak bisa membuktikan bahwa MSG tidak aman di konsumsi. Dalam New England Journal of Medicine 4 April 1968 Robert Ho Mann Kwok, MD pernah menyatakan ketidaknyamanan setelah mengonsumsi MSG. Namun hal tersebut semata mata hanyalah pendapat pribadinya yang dia kemukakan dalam surat pembaca dalam New England Journal of Medicine, jadi bukan merupakan hasil sebuah penelitian. Penelitian Tarrasoff dan Kelly pada tahun 1993 pada 73 orang sehat dengan cara pemberian MSG tanpa makanan menunjukkan MSG tidak menimbulkan reaksi apa apa pada sebagian besar orang. Sebagian kecil orang bereaksi terhadap MSG tetapi reaksinya tidak konsisten. Penelitian Geha pada tahun 2000 pada 130 orang sensitif terhadap MSG menyimpulkan MSG tidak menimbulkan reaksi apabila diberikan bersama makanan. MSG dosis tinggi bisa menimbulkan reaksi pada individu yang sensitif apabila dikonsumsi tidak bersama makanan namun reaksinya tidak konsisten dan cepat hilang.

Penelitian yang dilakukan oleh Widharto Prawiroharjono dkk dan Michael F. Kelly (2000). The Administration to Indonesians of Monosodium Glutamate in Indonesian Foods menunjukkan hasil sebagai berikut:

Gejala

Placebo

1,5 g MSG

3,0g MSG

Pening

14

12

13

Pusing

3

4

2

Kaku di leher

7

2

6

Berdebar debar

3

3

1

Lesu

18

12

19

Rasa Nyeri di dada / Rasa Terbakar

5

0

5

Kembung

6

3

2

Mual

1

13

4

Haus

0

1

0

Penelitian ini melibatkan 52 orang sehat yang diberi kapsul placebo (Laktosa) dan MSG (1,5 dan 3,0g/orang) sebelum mengkonsumsi makan pagi makanan Indonesia selama 3 hari. Hasil tersebut merupakan gejala yang muncul dalam interval 0-3 jam setelah perlakuan pemberian kapsul. Secara statistik tidak ada perbedaan nyata antara ketiga perlakuan

Penelitian yang menunjukkan bahaya MSG dilakukan oleh olney pada tahun 1969. Penelitian ini dilakukan dengan cara suntikan dan makan paksa MSG sebanyak 0,5-4g/kg Berat Badan atau setara dengan 30-240 gram per 60 kg. Penelitian ini dilakukan karena adanya dugaan MSG dosis tinggi mungkin merusak fungsi otak . Kerusakan otak oleh MSG akibat makan paksa atau suntikan ke mencit. Penelitian tersebut memang dapat membuktikan efek negatif MSG, namun demikian suntikan dan makan paksa MSG sangat tidak relevan dengan konsumsi MSG secara normal bersama makanan. Pengaruh negatif MSG tidak ada ketika MSG dosis tinggi ditambahkan ke dalam makanan. Penelitian Allend (1987) dkk pada 32 orang membuktikan bahwa konsumsi MSG menimbulkan reaksi serangan asma, pada penelitian ini obat asma dihentikan. Pada penelitian lain Woessner dkk (1999) pada 100 orang membuktikan bahwa jika obat asma diteruskan MSG tidak menimbulkan reaksi serangan asma.

Penelitian lain membuktikan bahwa MSG aman karena tidak terakumulasi dalam darah. Dalam penelitian ini menggunakan 2 kelompok wanita. Kelompok pertama 10 wanita bukan pemakai MSG sedang kelompok yang lain 10 wanita pemakai MSG. Makanan harian diperoleh pada periode ke 3 sebelum tes darah. Tes darah dilakukan setelah 12-14 jam puasa. Hasilnya kadar glutamat dalam darah kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan. Pada kelompok yang tidak menggunakan MSG kadar glutamat dalam darah 22,4 nmol/ml sedangkan pada kelompok yang menggunakan MSG kadar Glutamat dalam darahnya 21,8 nmol/l. Penelitian ini menunjukkan bahwa glutamat tidak terakumulasi di dalam plasma pemakai MSG dan meyakinkan keamanan konsumsi MSG dalam jangka panjang.

Penelitian lain yang membuktikan keamanan MSG dimana MSG tidak dapat di transfer dari ibu hamil ke janin. Penelitian ini menggunakan 5 kera rhesus. Dalam 1/3 terakhir kehamilan kera ini disuntik dengan cairan MSG selama 1 jam. Dalam penelitian ini membuktikan cairan MG yang diinjeksi ke ibu tidak mempengaruhi janin karena perlindungan placenta, kecuali cairan MSG yang diinjeksikan ke ibu dalam jumlah sangat besar, diatas 20umols/dL (diatas ambang batas)

Dugaan mengonsumsi MSG menimbulkan kanker ternyata tidak beralasan karena diduga senyawa lain dalam makanan justru menyebabkan kanker. Memasak daging pada temperatur tinggi, yaitu diatas 200 derajat celcius dapat menimbulkan karsinogen yang disebut Heterocyclic Amines (HCA). Tikus yang diberi makan HCA selama 2 tahun menderita kanker (Takayama et al, 1984). Glutamat yang dibakar pada suhu tinggi (500-600) derajat celcius menimbulkan karsinogen yang dinamakan polycyclic Aromatic Hidricarbon (PAH) (Matsumoto et al, 1977). Kebiasaan makan makanan yang mengandung kadar lemak dan garam tinggi tetapi kurang makan makanan bersert adalah risk factor kanker dari makanan yang utama. MSG yang dimasak bersama makanan dengan cara yang biasa yaitu ditumis, direbus, di kukus dan digoreng tidak menimbulkan kanker.

Berkaitan dengan keamanan MSG ini JECFA yang merupakan komite ahli gabungan FAO dan WHO untuk Bahan Makanan Tambahan dibentuk di tahun 1950 untuk mengevaluasi keamanan Bahan Tambahan Makanan di Dunia. Sepanjang 1950-1988 JECFA menyelenggarakan 51 meeting pembahasan makanan tambahan. JECFA mengevaluasi keamanan glutamat di tahun 1970, 1971, 1974 dan 1987. JECFA menyimpulkan ADI not specified. European Community juga menyatakan ADI not specified. US FDA juga mengkonfirmasi kembali keamanan MSG. Pada tahun 1958 MSG dinyatakan sebagai Bahan Makanan GRAS seperti Garam, cuka dan baking powder. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan (BTP) menyatakan MSG adalah BTP penguat rasa yang diizinkan dengan batas maksimun penggunaan “secukupnya” atau dapat digunakan sewajarnya sesuai dengan tujuan penggunaannya.

4. MSG Kaya Manfaat

Sejumlah manfaat MSG diantaranya rasa MSG adalah bagian dari lima rasa dasar yang sudah diakui dunia. Sebagai contoh inti komponen aktif rasa kepiting diantaranya asam asam amino seperti glycine, alanine, dan arginin; unsur unsur umami yang terdapat dalam MSG seperti glutamat dan inositat;serta garam (NaCl). Jika rasa MSG yaitu umami dihilangkan kepiting tidak lagi memiliki rasa dasar kepiting.

Selain itu glutamat adalah sumber energi terbesar di dalam usus halus (pada penelitian dengan anak babi, 95% glutamat dari makanan dimetabolisme oleh usus halus dimana 50% dimetabolisme menjadi CO2. Glutamat dari makanan berfungsi sebagai spesific precusor untuk biosintesa glutathion, arginin dan proline di dalam usus halus. Yang patut menjadi perhatian dari penelitian ini apakah glutamat dalam MSG memiliki fungsi yang sama dengan glutamat alami yang terdapat dalam sejumlah bahan makanan.

Manfaat lain MSG adalah penambahan MSG dapat mengurangi penggunaan garam dalam makanan tanpa mengorbankan palatabilitas makanan. Hal ini dikatakan bisa menekan risiko kesehatan akibat kebiasaan memakan makanan berkadar garam tinggi yang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi dan kanker.

Penggunaan MSG yang berlebihan tidak aman bagi kehatan dinyatakan tidak benar, hal ini disebabkan dosis umum penggunaan MSG kurang dari 1% dari volume makanan karena bahan makanan (misalkan daging dan sayuran) sudah mengandung glutamat dan bumbu masak (misalkan kecap dan terasi). Pemakaian MSG lebih dari 1% tidak menimbulkan risiko kesehatan, namun makanan cenderung tidak enak sehinga tidak mungkin dilakukan sebab kita tidak menyukai makanan yang tidak enak.

Tuduhan bahwa MSG mengakibatkan obesitas juga dibantah, sebagai contoh jika kita memngonsumsi semangkuk bakso 2g (½ sendok teh) MSG menyumbang hanya 6 kalori. Hal ini tidak sebanding dengan 50g mi dalam 1 mangkok bakso yang menyumbang 200 kalori dan 2 butir bakso 20g yang menyumbang 80 kalori sehingga disimpulkan sumbangan kalori dari MSG dalam makanan tidak signifikan.

Hal hal diatas adalah sejumlah pendapat dari pabrik penyedap rasa, namun penelitian masih berlanjut hingga saat ini, yang patut diperhatikan lebih lanjut adalah sejumlah penelitian yang masih menggunakan glutamat alami, mungkinkan hasil penelitian akan sama jika digunakan glutamat sintetis (dalam MSG)?. Penelitian secara lebih dalam tentang MSG juga perlu dilakukan dengan lebih teliti sehingga departemen kesehatan ataupun badan POM bisa memutuskan apakah benar benar dikonsumsi secukupnya (sewajarnya saja) seperti penggunaan garam atau gula ataukah perlu diberikan batasan yang jelas. Benarkah sudah layak ADI untuk MSG dihapus? Hanya penelitian lebih dalam yang bisa menjawab semuanya


5 komentar:

pandi merdeka mengatakan...

mbak Nur salam kenal ya.. tetep semangat dunk ngeblognya :D

nurheti2 mengatakan...

Trims salam kenalnya. Salam kenal kok gak nyebut nama ya, kenalin nama saya nurheti he he. Tetap semangat baca blog saya, kapan nulis???? saya tunggu kebetulan lagi nyari penulis untuk buku yang proposalnya sudah goal di penerbit.Thanks

mauna mengatakan...

trims mbak share informasinya... .

nurheti2 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
nurheti2 mengatakan...

Sama sama. Saya tunggu Kunjungannya di www.permatailmujogja.co.cc. Saya tunggu ya. Terimakasih