21 Des 2009

AWAS KERACUNAN

BAHAYA KERACUNAN PESTISIDA DI RUMAH TANGGA
Tanpa kita sadari terdapat berbagai jenis pestisida yang tersimpan dirumah.
Pestisida ini bukan saja digunakan di dalam rumah tetapi juga digunakan di
halaman rumah dan kebun untuk melindungi tanaman dari gulma dan hewan
perusak lainnya. Anak-anak merupakan korban utama pada kasus keracunan
ini karena rasa keingin tahuannya yang tinggi dan tingkah lakunya yaitu
senang sekali memasukan apa saja yang ditemui ke dalam mulutnya.
Berdasarkan target sasarannya pestisida dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu racun serangga (insektisida), racun tikus (rodentisida), racun
rumput/gulma (herbisida), racun nematoda (nematosida), racun fungi/jamur
(fungisida), racun keong/siput (Moluskusida) racun larva (larvasida), dan
racun rayap (mitisida). Pestisida yang sering tersimpan dalam rumah adalah
racun serangga (insektisida) dan racun tikus (rodentisida).
Pestisida tidak saja beracun terhadap organisme sasaran tetapi juga
terhadap organisme lainnya seperti manusia dan hewan peliharaan. Pestisida
dapat masuk atau meracuni tubuh melalui beberapa cara yaitu tertelan
(mulut), terhirup (hidung/saluran pernafasan), terkena kulit atau mata. Gejala
keracunan yang langsung terlihat akibat terkena pestisida/racun merupakan
keracunan akut sedangkan bila gejala baru terlihat setelah berulangkali atau
dalam jangka panjang terkena racun merupakan keracunan kronik.

Racun serangga
Racun serangga (insektisida ) dalam rumah tanggga sering sekali digunakan,
biasanya untuk membunuh atau mengusir nyamuk, kecoa, lalat, atau semut.
Racun serangga ini terdapat dalam beberapa sediaan yaitu berbentuk
semprotan (cairan/aerosol), lotion, elektrik, kepingan dan lingkaran (biasanya
dibakar). Insektisida yang digunakan di dalam rumah tangga kebanyakan
mengandung bahan aktif piretrin dan piretroid. Piretrin merupakan ekstrak
yang berasal dari bunga krisan yang telah dikeringkan dan bersifat
insektisida, sedangkan piretroid merupakan sintetik dari piretrin.
Umumnya senyawa ini mempunyai toksisitas akut yang rendah pada
manusia, hal ini disebabkan kecepatan metabolisme tubuh membuat
senyawa ini tidak aktif, tetapi bila tertelan dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan keracunan dan kematian. Tanda-tanda keracunan yang terjadi
bila terkena kulit adalah iritasi lokal dan kulit menjadi kering, bila terhirup oleh
hidung menyebabkan iritasi saluran nafas atas seperti rhinitis dan radang
kerongkongan. Racun ini juga bisa menjadi agen pencetus alergi pada pasien
yang sensitif bila menghirup racun ini secara berulang, oleh karena itu dapat
menyebabkan bersin, batuk, nafas pendek dan sakit di bagian dada pada
anak-anak yang mengidap asma dan alergi, sedangkan bila tertelan dapat
menimbulkan mual, muntah dan diare, tertelan racun ini dalam dosis yang
tinggi (200 – 500 ml) menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat dan dapat
mengakibatkan sesak nafas serta koma.

Pertolongan pertama yang diberikan bila terjadi keracunan melalui hidung
hendaklah segera dibawa ke tempat yang berudara segar (ruang terbuka)
dan bila diperlukan beri bantuan pernafasan. Jika racun terkena kulit bagian
yang terkena segera dicuci dengan air bersih yang mengalir dan sabun,
begitu pula halnya bila terkena mata, segera cuci dengan air bersih yang
mengalir selama 10-15 menit. Jika keracunan terjadi karena masuk melalui
mulut, pertolongan pertamanya adalah berikan arang aktif (norit), dan jangan
dirangsang muntah, hal ini disebabkan banyak formulasi insektisida dengan
pelarutnya minyak tanah.

Racun Ngengat
Racun serangga dalam bentuk biji/butiran terutama digunakan untuk ngengat
dan sering disebut sebagai kapur barus. Di pasaran terdapat racun ngengat
dalam pelbagai bentuk dan warna dan dianggap sebagai permen oleh
sebagian anak-anak tanpa mengetahui itu adalah racun, oleh karena itu
hendaklah berhati-hati ketika menggunakannya. Letakanlah di tempat yang
terlindung dan tidak mudah dilihat atau dijangkau oleh anak-anak . Racun ini
biasanya mengandung bahan akitif Naphthalene atau Paradichlorobenzene.
Bahan kimia ini juga terdapat dalam pewangi kamar mandi (toilet bowl
deodorizers). Kedua bahan kimia tersebut mengeluarkan bau yang kuat dan
sulit untuk menghilangkannya.

Satu butir racun biasanya mengandung 250-500mg Naphthalene. Bagi
korban yang mengalami kekurangan enzim glukos-6-fosfat dihidrogenase,
naphthalene bisa menyebabkan hemolisis (gangguan sel darah). Tertelan 1-
2g naphtalene (4-8 butir) dapat menyebabkan letargi atau kejang (seizures).
Paradichlorobenzene lebih rendah toksisitasnya dibandingkan naphthalene.
Bila tertelan Paradichlorobenzene sampai 20g bisa pada orang dewasa,
masih dapat ditoleransi oleh tubuh. Di Amerika naphthalene sudah tidak lagi
digunakan dan diganti dengan Paradichlorobenzene. Keracunan dari kedua
racun ini dapat diketahui dari kesan bau obat ngengat tersebut pada mulut
dan muntahan korban.

Apabila keracunan masuk melalui mulut dapat menyebabkan iritasi saluran
pencernaan dan mengakibatkan mual, muntah dan diare. jika terkena mata
dapat menyebabkan radang dan kemerahan pada mata. Selain itu dapat pula
merusak kornea mata dan penglihatan menjadi kabur. Jika racun ini terkena
kulit dapat menyebabkan iritasi kulit, reaksi alergi dan gatal-gatal, tetapi gejala
ini jarang terjadi.

Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika naphthalene masuk ke dalam
tubuh melalui mulut adalah jangan dirangsang muntah, hal ini dikhawatirkan
dapat menyebabkan kejang dan letargi, selain itu juga jangan memberi
minuman yang berlemak, seperti susu karena racun ini bersifat mudah larut
dalam lemak sehingga dapat meningkatkan penyerapan racun oleh tubuh,
pemberian norit (arang aktif) juga dapat dilakukan jika terjadi keracunan.
Segera bawa ke rumah sakit untuk mendapakan perawatan lanjutan. Bila
racun ini terkena mata yang dapat dilakukan adalah mencuci mata dengan air
bersih mengalir selama 15- 20 menit. Jika radang berlanjut dan masih terasa
sakit, segera bawa ke dokter. Sedangkan jika kulit terkena racun ini, yang
dapat dilakukan untuk menolong korban adalah cuci kulit yang terkena
dengan sabun dan air yang mengalir.

Racun Tikus
Racun tikus dapat diperoleh dalam berbagai merk dagang dan sediaan.
Racun tikus di rumah biasanya dalam bentuk serbuk, butiran, atau pellet.
Sediaan dalam bentuk umpan yang berwarna biasanya menarik perhatian
anak-anak yang menganggapnya sebagai makanan ringan. Bahkan bukan
hanya pada anak-anak, orang dewasapun yang tidak mengetahui
menganggapnya sebagai makanan. Oleh karena itu jika akan
menggunakannya harus diletakan jauh dari jangkauan anak-anak dan
beritahu orang dewasa lainnya yang ada dirumah.

Racun tikus merupakan bahan kimia yang sangat toksik. Kandungan bahan
aktif (bahan kimia) dalam sediaan racun ini terdapat dalam berbagai jenis,
diantaranya zinc phosphide, coumarine (Warfarin dan Superwarfarin) dan
Indanedion (Diphacinone, Pindone dan Chlolorophacinone). Dua terakhir
merupakan racun tikus antikoagulan (agen pencair darah).

Racun tikus yang mengandung bahan aktif zinc phosphide mempunyai bau
yang khas seperti ikan busuk dan rasanya tidak akan disukai oleh hewan lain,
tetapi bau ini menarik perhatian tikus. Racun ini dapat masuk ke dalam tubuh
melalui hidung, mulut atau diserap melalui kulit yang luka, Apabila racun ini
dicampur atau kontak dengan air atau bahan kimia dengan PH asam akan
menghasilkan gas fosfin. Keracunan bahan kimia ini menyebabkan sesak
paru-paru, tekanan darah menjadi rendah, sukar bernafas, muntah, denyut
jantung tidak beraturan, kerusakan ginjal, pengurangan sel darah putih, koma
dan dapat menyebabkan kematian. Jika terjadi keracunan, pertolongan
pertama yang perlu dilakukan ialah dengan rangsang muntah, berikan arang
aktif, dosis 1g/kg BB atau dewasa 30 – 100g (10 gram tiap 20 menit), anakanak
15 – 30g (5 gram tiap 20 menit); arang aktif tidak boleh dicampur
dengan air, campurlah dengan sorbitol. Segera dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan rawatan lanjutan

Antikoagulan (agen pencair darah) adalah kelas racun tikus yang rendah
toksisitasnya pada manusia. Semua komponen tersebut terdapat di pasaran
dalam sediaan serbuk, butir, tablet. Racun tikus warfarin dapat menyebabkan
perdarahan pada tikus maupun manusia karena darah tidak mudah
membeku. Golongan superwarfarin lebih beracun daripada warfarin karena
menyebabkan perdarahan lebih lama. Tanda-tanda keracunan racun tikus
antikoagulan adalah mual, muntah dan diare, perdarahan yang menyebabkan
luka lambat sembuh, gusi atau hidung berdarah, feses dan urin disertai darah,
dan bila terjadi keracunan yang parah menyebabkan kejang dan tidak
sadarkan diri akibat terjadi perdarahan di dalam tubuh termasuk pendarahan
usus. Jika terjadi keracunan pertolongan pertamanya adalah rangsang
muntah, berikan arang aktif, dengn dosis sama dengan piretrin. Segera
dibawa ke rumah sakit.

Tips untuk pencegahan keracunan dalam penggunaan pestisida di
rumah :
• Sebelum menggunakannya bacalah label yang ada dikemasan. Jaga
label jangan sampai rusak karena didalamnya terdapat informasi
mengenai cara menggunakannya, penyimpanan, bahayanya dan
pertolongan pertama jika terjadi keracunan serta informasi lainnya.
• Pestisida hendaklah disimpan dengan aman ( di tempat yang tidak
terjangkau oleh anak-anak seperti dilemari yang terkunci atau tempat
yang agak tinggi) sebelum dan setelah digunakan.
• Jangan menyimpan dekat dengan bahan-bahan makanan dan
minuman.
• Simpan dalam wadah aslinya dan jangan di pindahkan ke dalam
wadah lain terutama ke dalam wadah bekas makanan/minuman.
• Jangan sekali-kali menggunakan bekas wadah pestisida untuk tempat
makanan atau minuman sekalipun untuk hewan peliharaan.
• Jangan menggunakan racun tikus dengan tangan kosong, gunakanlah
alat seperti sendok plastik dan cuci tangan setelah menyediakan
racun tersebut.
• Gunakan pestisida dalam bentuk semprotan kurang lebih 1 jam
sebelum tidur. Sebelum menggunakannya pastikan anak-anak tidak
berada disekitar ruangan yang akan disemprot dan semua alat
mainan disimpan ke tempat lain.
• Pastikan obat nyamuk bakar digunakan dengan aman dan jauhkan dari
bahan yang mudah terbakar.
Pustaka :
1. Bates N., et all, Paediatric Toxicology : Hanbbook of Poisoning in Children,
Macmillan Refference LTD, London, 1997.
2. Direktorat Pupuk dan Pestisida, Pestisida Untuk Pertanian dan
Kehutanan, Dit Pupuk dan Pestisida Ditjen Bina Sarana Pertanian Deptan
RI, Jakarta, 2001.
3. Direktorat Pupuk dan Pestisida, Pestisida Higiene Lingkungan, Dit Pupuk
dan Pestisida Ditjen Bina Sarana Pertanian Deptan RI, Jakarta, 2001.
4. Olson K.R., Poisoning and Drug Overdosis 4th ed. Appleton & Lange,
USA. 2004.
5. Sentra Informasi Keracunan, Pedoman Penatalaksanaan Keracunan
Untuk Rumah Sakit, Sentra Informasi Keracunan DitJen POM Depkes RI,
Jakarta, 2001.
6. National Poisons Information Centre, Management Guidelines for
Pesticides Poisonings, National Poisons Information Centre Department of
Pharmacology, New Delhi, 1995.
7. Fong T.S. et all, Management of Drug Overdose & Poisoning, Ministry of
Health Singapore, Singapore, 2001.

Tidak ada komentar: